Kamis, 31 Desember 2015

Pulau Keakease yang Bikin Lupa



Entah apa artinya Keakease, saya tak sempat lagi bertanya ketika dari jauh, dari atas perahu nelayan yang saya tumpangi, panorama pulau ini begitu menggoda. Pantai berpasir putih, sejumlah vegetasi hidup subur di atasnya; pertanda ekosistem di pulau ini masih baik. Begitu perahu bersandar, saya langsung lupa, mengapa pulau ini disebut Keakease.

Pulau yang berada di koordinat 0° 30' 23.000" LU dan 121° 37' 50.000" BT ini masuk dalam wilayah Kecamatan Wonggarasi, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Wonggarasi, jika ditarik garis lurus, jarak menuju pulau ini sekitar 1 kilometer.

Kasat mata, pulau ini seperti jarang sekali disinggahi orang. Kontur pulau ini berundak-undak. Ada kubangan yang menghidupi sejumlah hewan kecil di dalamnya. Ada bunga-bunga khas tumbuhan pantai. Menyenangkan bisa berada di pulau ini.

Namun setelah jeli melihat setiap sudut pulau ini, ternyata banyak jejak manusia yang sudah bersandar di pulau ini; puntung rokok, sepatu anak-anak dan bungkus makanan ringan. Tak berserakan memang, tapi cukup mengganggu.

Saya tak sampai menyelami kehidupan bawah lautnya, tapi melihat dari atas saja, meski samar-samar, saya bisa menebak bagaimana terumbu karang di bawah sana tumbuh dan pasti menarik untuk dinikmati mereka yang suka menyelam.

Yang lebih menakjubkan dari pemandangan di pulau ini adalah, saya bisa melihat sejumlah pulau yang berada di sekitarnya. Pulau-pulau tak berpenghuni dan sama cantiknya.

Arah barat laut dari Pulau Keakease, terdapat Pulau Samaunu di koordinat 0° 30' 49.212" LU dan 121° 37' 10.180" BT. Lebih dekat ke daratan Pohuwato, masih ada dua pulau; Limboku Da’a di koordinat 0° 31' 42.000" LU dan 121° 38' 17.000" BT dan Limboku Kiki di koordinat 0° 31' 30.000" LU dan 121° 38' 45.000" BT.

Sebelum sampai pulau ini, jika berperahu dari TPI Wonggarasi, ada juga Pulau Olinggobe namanya. Pulau di koordinat 0° 30' 6.000" LU dan 121° 39' 27.000" BT ini pernah menjadi pusat perdagangan ikan hidup. Tapi sejak tahun 2000-an hiruk pikuknya lenyap. Kabarnya pengusaha ikan hidup asal China itu menutup bisnisnya lantaran populasi ikan di perairan itu sudah tak bisa diandalkan jadi komoditas lagi.

Takjub rasanya berada di tengah pulau yang dikelilingi pulau-pulau tak berpenghuni di sekitarnya. Memang ada sejumlah gubug yang berdiri di atas pulau-pulau tadi. Tapi itu hanya tempat peristirahatan para nelayan yang lelah mengarungi laut untuk sementara, badaseng istilahnya dalam bahasa setempat.

Layaknya daerah lain di Sulawesi, penorama laut Gorontalo memang membius siapa pun yang memandangnya. Ada 123 pulau yang tersebar di tiga kabupaten di Provinsi yang sudah mendeklarasikan kemerdekaannya pada 23 Januari 1942 ini. Ada 53 pulau di Kabupaten Gorontalo Utara, 22 di Kabupaten Boalemo dan 48 pulau di Kabupaten Pohuwato.

Indonesia memang kaya, Indonesia memang indah. Sangat menantang memang untuk menelusurinya. Tapi jangan lupa, kekayaan dan keindahan itu tak sepenuhnya menjadi hak kita.
Tidakkah teman-teman kita yang belum sempat berkunjung juga punya hak yang sama, bukankah miris jika kita hanya mewariskan cerita kekayaan dan keindahan itu pada generasi kita kelak, sementara mereka tak pernah dapat membuktikan kesombongan kita itu karena kita menebar sampah dan merusak ekosistemnya hari ini.

Posted by Deny Ahmad Furqon

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar