Rabu, 30 Desember 2015

Mencumbu Keelokan Intata, Pulau yang Pernah Tenggelam


Pulau-pulau kecil dan terdepan di garis Nusantara negeri ini merupakan syurga tersendiri bagi para petualang dan pecinta paronama keindahan. Satu dari ratusan pulau-pulau itu adalah Pulau Intata yang merupakan pecahan dari Pulau Kakorotan di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Bukan hanya soal keindahan eksotis pantai dan warna-warni ragam biota lautnya saja yang membuat Pulau Intata sangat menarik untuk ditelusuri, lebih dari itu, menurut berbagai literatur sejarah yang pernah diceritakan baik secara lisan maupun tulisan ternyata pulau berpasir putih ini pernah tenggelam di abad yang lampau. Bagaimanakah pesonanya, mari kita telusuri…
Sinar matahari terasa mulai terik di kepala padahal hari masih pagi. Dengan menaiki Jukung bermotor, kami melayari lautan utara Sulawesi dari Pulau Marampit menuju Pulau Intata di pecahan Pulau Kakorotan. Angin sepoi-sepoi menyibaki rambut. Lautan cukup teduh dengan awannya yang berarak-riak menghiasi langit cerah. Di atas Jukung bermotor para penumpang terpesona pemandangan, diayun lembut buaian ombak laut.

Dari kejauhan Pulau Intata dan Pulau Kakorotan mulai terlihat di horison pandangan. Garis lautan sepanjang lebih kurang 800 meter tampak jelas membelah keberadaan dua pulau itu yang memang berdekatan. Cukup dengan pelayaran lebih kurang satu jam dari awal pelayaran di Pulau Marampit, menjejaklah kaki-kaki kami di pasir putih Pantai Intata.

Inilah Intata, pulau yang pernah tenggelam. Sebuah monumen peringatan terhadap bencana gempa besar disusul gelombang Tsunami telah menelan ribuan korban jiwa pada waktu itu, berdiri dingin di halaman rumah Ratumbanua atau kepala adat desa masyarakat di Pulau Kakorotan, seberang sana. Monumen peringatan itu kiranya bisa sedikit mejelaskan mengapa pulau ini dikosongkan semenjak peristiwa itu terjadi.

Tulisan-tulisan di dinding monumen setinggi lebih kurang dua meteran membentuk kerucut bersegi empat dan berwarna hitam itu berkata-kata, “SEBAHAGIAN DARATAN PULAU INTATA TENGGELAM DAN PENGHUNINYA HANYUT OLEH AMUKAN OMBAK YANG DATANG DARI ARAH TIMUR LAUT SEBELAH LAUTAN PASIFIK” itu, mengisahkan sekelumit peristiwa dari sebuah bencana besar pada 10 Oktober 1614.

Kendati masih terbayang-bayang kisah memilukan itu, pandangan mata kembali disapukan kepada selat yang memisahkan pulau ini dan pulau Kakorotan. Terlihat hamparan padang lamun di tepinya dan terumbu karang di bagian tengahnya, yang kesemuanya itu bisa kita lihat dengan jelas dari atas permukaan air karena air lautnya yang memang sangat jernih, hijau kebiru-biruan, sungguh menyejukkan mata.

Di tengah pulau lebih masuk lagi ke dalam hutan, kita dapat menjumpai beberapa lokasi yang dikeramatkan, salah satunya adalah goa tempat penyimpanan tengkorak para leluhur. Konon diceritakan mereka adalah para pejuang yang gugur saat berperang mempertahankan tanah mereka dari serangan bangsa Portugis. Namun sayang sekali, ada larangan bagi wisatawan mengambil gambar di sini.

Berjalan menyusuri tepian pantai ke arah timur pulau ini, kaum pelacong dapat menjumpai sebuah tempat berbentuk tidak biasa, dimana bebatuan karang bertumpuk menyerupai sebuah kapal besar jika dilihat dari kejauhan. Warga setempat percaya bahwa di zaman dahulu kala tempat ini merupakan sebuah dermaga yang memang bentuknya menjorok menghadapi laut ke arah Samudera Pasifik.

Selain keelokan pantai berpasir putih yang mengelilingi pulau, bagi pelancong yang tertarik pada kegiatan bawah laut seperti aktivitas snorkeling atau pun diving maka dunia bawah laut Intata menawarkan pemandangan terumbu karang yang masih alami dan terjaga keasriannya, berhiaskan ikan-ikan terumbu berwarna-warni. Hanya saja pengunjung harus mempersiapkan peralatannya secara mandiri karena di pulau ini belum ada jasa peminjaman alat-alat selam atau pun snorkeling tersedia.

Buat para pecinta camping, kiranya tempat ini bisa cukup dijadikan salah satu destinasi menikmati sunrise dan sunset sekaligus. Keheningannya yang menenangkan pasti akan membuat otak dan tubuh relaks. Cukup dua atau satu malam menginap di tempat ini sekiranya akan menjadi sebuah petualangan menarik. Sebab, permukiman penduduk yang bisa dijadikan homestay hanya terdapat di pulau seberangnya, Pulau Kakorotan.

How to Get There
Pulau Intata bisa dicapai dengan menggunakan Kapal Feri dari Pelabuhan Melonguane, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Pelayaran ini membutuhkan waktu 8 jam untuk sampai di Pulau Kakorotan karena sebelumnya kapal penumpang ini harus berlabuh juga di sejumlah pelabuhan pulau lainnya seperti di Pelabuhan Beo, Pelabuhan Pulau Karatung dan Pulau Marampit untuk menaikturunkan penumpang. Meski begitu, pemandangan laut di perairan Talaud tidak akan pernah membosankan. Dari Pelabuhan Pulau Kakorotan wisatawan dapat menyeberangi selat kecil pemisah dengan menyewa jukung bermotor 40 PK milik nelayan.

Hal lain yang harus diperhatikan saat berkunjung ke pulau ini adalah tidak tersedianya toko atau pun warung penjual bahan kebutuhan seperti makanan. Jadi segala kebutuhan logistik dan kebutuhan pribadi lainnya harus dipersiapkan selengkap mungkin sebelum menyeberang ke Intata ini. Sudah barang tentu mesin anjungan tunai mandiri (ATM) pun tidak akan ditemukan karena jaringan tenaga listrik pun tidak tersedia. Sehingga para penduduk dari pulau-pulau seberang pun menyebut Pulau Intata ini dengan sebutan “Pulau Gelap”.

Inilah Intata, sang pulau yang pernah tenggelam. Keelokannya begitu membuai mata. Menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata adalah bentuk dari kecintaan kita pada keelokan wajah dan pribadi Nusantara kita tercinta. Selamat berkunjung !

Posted By : Firmanto Hanggoro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar