Pulau-pulau kecil dan
terdepan di garis Nusantara negeri ini merupakan syurga tersendiri bagi
para petualang dan pecinta paronama keindahan. Satu dari ratusan
pulau-pulau itu adalah Pulau Intata yang merupakan pecahan dari Pulau
Kakorotan di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Bukan hanya soal
keindahan eksotis pantai dan warna-warni ragam biota lautnya saja yang
membuat Pulau Intata sangat menarik untuk ditelusuri, lebih dari itu,
menurut berbagai literatur sejarah yang pernah diceritakan baik secara
lisan maupun tulisan ternyata pulau berpasir putih ini pernah tenggelam
di abad yang lampau. Bagaimanakah pesonanya, mari kita telusuri…
Sinar matahari terasa
mulai terik di kepala padahal hari masih pagi. Dengan menaiki Jukung
bermotor, kami melayari lautan utara Sulawesi dari Pulau Marampit menuju
Pulau Intata di pecahan Pulau Kakorotan. Angin sepoi-sepoi menyibaki
rambut. Lautan cukup teduh dengan awannya yang berarak-riak menghiasi
langit cerah. Di atas Jukung bermotor para penumpang terpesona
pemandangan, diayun lembut buaian ombak laut.
Dari kejauhan Pulau
Intata dan Pulau Kakorotan mulai terlihat di horison pandangan. Garis
lautan sepanjang lebih kurang 800 meter tampak jelas membelah keberadaan
dua pulau itu yang memang berdekatan. Cukup dengan pelayaran lebih
kurang satu jam dari awal pelayaran di Pulau Marampit, menjejaklah
kaki-kaki kami di pasir putih Pantai Intata.
Inilah Intata, pulau yang
pernah tenggelam. Sebuah monumen peringatan terhadap bencana gempa
besar disusul gelombang Tsunami telah menelan ribuan korban jiwa pada
waktu itu, berdiri dingin di halaman rumah Ratumbanua atau kepala adat
desa masyarakat di Pulau Kakorotan, seberang sana. Monumen peringatan
itu kiranya bisa sedikit mejelaskan mengapa pulau ini dikosongkan
semenjak peristiwa itu terjadi.
Tulisan-tulisan di
dinding monumen setinggi lebih kurang dua meteran membentuk kerucut
bersegi empat dan berwarna hitam itu berkata-kata, “SEBAHAGIAN
DARATAN PULAU INTATA TENGGELAM DAN PENGHUNINYA HANYUT OLEH AMUKAN OMBAK
YANG DATANG DARI ARAH TIMUR LAUT SEBELAH LAUTAN PASIFIK” itu, mengisahkan sekelumit peristiwa dari sebuah bencana besar pada 10 Oktober 1614.
Kendati masih
terbayang-bayang kisah memilukan itu, pandangan mata kembali disapukan
kepada selat yang memisahkan pulau ini dan pulau Kakorotan. Terlihat
hamparan padang lamun di tepinya dan terumbu karang di bagian tengahnya,
yang kesemuanya itu bisa kita lihat dengan jelas dari atas permukaan
air karena air lautnya yang memang sangat jernih, hijau kebiru-biruan,
sungguh menyejukkan mata.
Di tengah pulau lebih
masuk lagi ke dalam hutan, kita dapat menjumpai beberapa lokasi yang
dikeramatkan, salah satunya adalah goa tempat penyimpanan tengkorak para
leluhur. Konon diceritakan mereka adalah para pejuang yang gugur saat
berperang mempertahankan tanah mereka dari serangan bangsa Portugis.
Namun sayang sekali, ada larangan bagi wisatawan mengambil gambar di
sini.
Berjalan menyusuri tepian
pantai ke arah timur pulau ini, kaum pelacong dapat menjumpai sebuah
tempat berbentuk tidak biasa, dimana bebatuan karang bertumpuk
menyerupai sebuah kapal besar jika dilihat dari kejauhan. Warga setempat
percaya bahwa di zaman dahulu kala tempat ini merupakan sebuah dermaga
yang memang bentuknya menjorok menghadapi laut ke arah Samudera Pasifik.
Selain keelokan pantai
berpasir putih yang mengelilingi pulau, bagi pelancong yang tertarik
pada kegiatan bawah laut seperti aktivitas snorkeling atau pun diving
maka dunia bawah laut Intata menawarkan pemandangan terumbu karang yang
masih alami dan terjaga keasriannya, berhiaskan ikan-ikan terumbu
berwarna-warni. Hanya saja pengunjung harus mempersiapkan peralatannya
secara mandiri karena di pulau ini belum ada jasa peminjaman alat-alat
selam atau pun snorkeling tersedia.
Buat para pecinta
camping, kiranya tempat ini bisa cukup dijadikan salah satu destinasi
menikmati sunrise dan sunset sekaligus. Keheningannya yang menenangkan
pasti akan membuat otak dan tubuh relaks. Cukup dua atau satu malam
menginap di tempat ini sekiranya akan menjadi sebuah petualangan
menarik. Sebab, permukiman penduduk yang bisa dijadikan homestay hanya
terdapat di pulau seberangnya, Pulau Kakorotan.
How to Get There
Pulau Intata bisa dicapai
dengan menggunakan Kapal Feri dari Pelabuhan Melonguane, Ibu Kota
Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Pelayaran ini membutuhkan
waktu 8 jam untuk sampai di Pulau Kakorotan karena sebelumnya kapal
penumpang ini harus berlabuh juga di sejumlah pelabuhan pulau lainnya
seperti di Pelabuhan Beo, Pelabuhan Pulau Karatung dan Pulau Marampit
untuk menaikturunkan penumpang. Meski begitu, pemandangan laut di
perairan Talaud tidak akan pernah membosankan. Dari Pelabuhan Pulau
Kakorotan wisatawan dapat menyeberangi selat kecil pemisah dengan
menyewa jukung bermotor 40 PK milik nelayan.
Hal lain yang harus
diperhatikan saat berkunjung ke pulau ini adalah tidak tersedianya toko
atau pun warung penjual bahan kebutuhan seperti makanan. Jadi segala
kebutuhan logistik dan kebutuhan pribadi lainnya harus dipersiapkan
selengkap mungkin sebelum menyeberang ke Intata ini. Sudah barang tentu
mesin anjungan tunai mandiri (ATM) pun tidak akan ditemukan karena
jaringan tenaga listrik pun tidak tersedia. Sehingga para penduduk dari
pulau-pulau seberang pun menyebut Pulau Intata ini dengan sebutan “Pulau
Gelap”.
Inilah Intata, sang pulau
yang pernah tenggelam. Keelokannya begitu membuai mata. Menjadikannya
sebagai salah satu destinasi wisata adalah bentuk dari kecintaan kita
pada keelokan wajah dan pribadi Nusantara kita tercinta. Selamat
berkunjung !
Posted By : Firmanto Hanggoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar