28 Maret 2015, Sabtu malam seperti biasa, setiap orang memiliki agenda
spesial. Pun dengan JurnalKhatulistiwa (Jurkhat), kami tak mau ketinggalan.
Sejatinya, tangga lini diprediksi bakal jaditanggal bersejarah karena sebelumnya kami
ramai membicarakannya di grup messenger maya
kami. Namun, seperti biasa realita berbanding terbalik dengan impian atau prediksi awal.
Hariitu, meeting point di
Monas diperkirakan berlangsung sejak sore, ba’daashar.Tapi ternyata kesibukan tiap awak Jurkhat memang tak bisa dibendung. Sempat merayakan momen menyambut haribumi bersama Earth Day Community (60+), kami pun
menikmati silent hour selama kurang lebih satu
jam. Sejak pukul 9 hingga 10 malam, Betapa damainya Monas kala itu.
Waktu menunjukkan pukul 10 malam, tapi saya yang hari itu sudah bertekad hadir
di kopdar #12 Jurkhat, belum juga bisa bergabung dengan kawan-kawan yang lain.
Cukup gelisah juga sih,
karena jauh-jauh hari saya sudah menunggu momen ini. Gara-gara undangan dinner dadakan dengan bos besar,
saya terpaksa menunda. Untungnya, teman-temanb erbaik hati menunggu dan bergeser tempa tmenuju
Taman Surapati. Alhamdulillah
Lega banget rasanya bisa bersua dengan teman-teman Jurkhat yang
selalu bersemangat. Malamitu, ada Firman (Capung), Erlangga (Botak), Ucok, Rio, Rafly,
Rahmat, Ucup, juga Tyas dan Dani yang datang bermotor ria dari Bogor. Dan
juga saya pastinya.Sambil menikmati santapan nasigoreng,
dan riuh pengamen serta seniman jalanan yang rata-rata kreatif, kami pun
terlibat obrolan hangat seputar kabar dan hasil diskusi kecil di Monas.
Waktu menunjukkan pukul 12 malam menjelang dini hari.Mata kami
kian menyala karena letupan semangat meski kenyataannya tubuh meminta istirahat. Sebagai ice breaking, saya pun melempar keisengan,
“Pengen tahu nih, masing-masing datang kesini pasti juga punya harapan tentang Jurkhat.
Kalo diibaratkan buah, harapan itu seperti buah apa coba ?”
Spontan, semuanya tiba-tiba berpikir dan menyampaikan gagasan. Ada yang lucu,
tengil, tak masuk akal, tapi semuanya punya makna dalam.SepertiRafly yang
menyebut manggis, buah yang manfaatnya banyak dan takpernah berbohong, sebab embang
di kulit luarbisa menunjukkan jumlah isi di dalamnya.Ada pula yang menyebut jeruk,
karena buah ini jarang absen alias tak musiman, selalu siap menemanikapan saja. Masihadalagi,
pisang.“Pisang tuh diapain aja jadi. Mau digoreng, direbus, langsung makan, ayoaja…”
Apalagiya?Kelapa. Membangun dasar atau akarnya memang perlu waktu tapi begitu tinggi,
susah digoyahkan.Masih adalagi ? Ada rambutan, diluar warna warni,
begitu dimakan rasanya manis, dan kalau bijinya dibuang, bisa tumbuh dimana saja. Ada
juga yang berpikir sop buah, karena bisa menampung semua aspirasi. Haha..baiklah. Yang
paling nyentrik adalah jawaban Firman, Buah dada. Suasana langsung pecah. Alasannya,
meski letaknya tersembunyi, ia merupakan sumber kehidupan. Hahaha,
bisa aja. Kira-kira seperti itulah harapan mereka tentangJurkhat. Wow,
semuanya keren dan menggugah.
Setelah ice breaking, sesi ngobrol to the point dimulai.
Basa-basinya banya amat ? Bukan basa basi sebenarnya. Dalam dunia appreciative learning, proses ice
breaking tadi disebut discover (menemukan dan menghargai apa
yang ada) dandream (menggali dan memimpikan apa
yang mungkin).
Bahasan to the point kali
ini masuk pada design (menyepakati apa
yang harus dikerjakan). Disepakati bahwa Jurkhat menghapus istilah divisi dengan memfokuskan pada dua ranah
yang selama ini sudah berjalan, yaitu explore
destinasi wisata dan pembuatan merchandise.
Siapa pun boleh bergabung untuk membantu pelaksanaan dua ranah aktivitas tersebut. Jika volunteer yang
siap mengeksekusi setiap kegiatan sudah makin bertambah,
maka istilah divisi akan dimunculkan kemudian. Sedikit evaluasi, explore destinasi wisata sudah dilakukan beberapa kali, seperti di
Pulau Rambut dan Halimun yang sempat menjadi tempat pelaksanaan kopdarJurkhat.
Juga hasil penelusuran beberapa awak Jurkhat bekerjasama dengankomunitas lain. Seperti
yang dilakukan bersama Explore Indonesia saat menyambangi pantai-pantai tersembunyi
di sekitar wilayah GunungKidul, Jogjakarta, beberapa waktu lalu.Kedepan,
hasil penelusuran destinasi wisata tersebut akan sangat berguna sebagai bahan belajar bagi Jurkhat untuk menyelenggarakan open trip, yang
kedepan tentu juga bisa menjadi tambahan dan bagi operasional Jurkhat sebagai komunitas
yang mandiri dan memberdayakan.
Selain dua fokus ranah aktivitas tersebut, juga ada ide
dan kesepakatan untuk membuat program Jurkhat hingga 9 bulan kedepan, sampai Desember
2015. Salah satu yang masuk daftar program adalah ide membuat penyulingan air laut
di pulau yang belum memiliki ketersediaan air bersih, misalkan seperti di
Pulau Rambut. Terpikir untuk menjadikan Pulau Rambut sebagai homebase Jurkhat dalam sumbangsih upaya konservasi. Mengingat sebelumnya,
Jurkhat telah menjalin relasi dan mengadakan beberapa kegiatan seperti bersih sampah,
penanaman mangrove, dan pemasangan papan informasi mengenai anjuran menjaga lingkungan pulau dan sekitarnya.
Untuk program lain yang sudah pasti akan rutin dilakukan tentu saja adalah kopdar,
setidaknya sebulansekali. Namun, kami sepakat di tiap kopdar akan ada sesuatu yang
berbeda yang kemudian benar-benar memberikan ruang bagi Jurkhat untuk disebut sebagai
terminal belajar bagi siapa saja yang ingin berbagi. Di tiap kopdar juga, kami
sepakat untuk membuat reportase sederhana seperti halnya catatan ini. Dan
bisa ditulis oleh siapa saja yang bisa jadi ditugaskan untuk menjadi reporter
dadakan saat kopdar berlangsung.
Tak mau berlama lama, kami pun membicarakan kopdar #13
beserta muatan materi apa yang bisa dibagi. Muncullah kesepakatan untuk membagi materi
yang sempat tertunda saat di PulauRambut, yaitu jurnalistik travelling, olehFirman. Dan ditambah fotografi travelling yang nanti bisa mengusung pemateri lain. Untu ktempat,
dibicarakan kemudian.Maksud sharing materi itu tentu saja diharapkan akan memberi rangsangan positif bagi awak urkhat untuk menghidupkan rumah maya Jurkhat
di www.jurnalkhatulistiwa.blogspot.com.
Karena tentu sebagai sebuah komunitas yang mengusung jargon ‘Jurnal’,
Jurkhat wajib memiliki jejak rekam cerita maupun peristiwa sebagai bukti eksistensinya.
Apalagi awakJurkhat yang sudah tergabung dan mengikuti aktivitasnya dibekali Id card dengan tajuk PERS. Hm, saya rasa
alasan yang cukup rasional, kan?
Di tahap akhir dari appreciative
learning, kita akan melewati proses destiny
ataudeliver (melahirkaninovasibaru).
Nah, sebagai upaya perampingan komunikasi sehingga tidak menimbulkan banyak persepsi,
kami sepakat menghapus grup Camp-Red yang
sebelumnya menjadi ajangtukar informasi umum diluar program Jurkhat. Kenapa
?Sebab Jurkhat juga memiliki grupuntuk bertukar informasi inti yang
disebut JurnalKhatulistiwa dimana member di
masing-masing grup ada yang merangkap, danada pula yang tidak.Karenaitu,
untuk memaksimalkan fungsi grup,
sepakat digunakan hanya satu grup umum untuk berbagi informasi,
yaitu JurnalKhatulistiwa saja. Dan bagi yang hadirpadakopdar #12 ini, kami
juga sepakat untuk pasang body sebagai
motor Jurkhat, dan membentuk grup untuk berkomunikasi secara intens, yang
disebutMoKhat. Kami bukanlahpengurusatauapapun, hanya orang-orang yang
siap membagi waktu untuk bergerak apapun yang kami bisa.Tentu dengan dukungan seluruhawakJurkhat.
Akhirnya, sekitarhampir 01.30, kami menutupkopdar #12 kali inidenganhamdalah.Dan
sekelumitice breaking yang kali
inidiinisiasi Rio. Kami membuatmind map berjalan,
yang masing-masingmemunculkansatu kata
tentangbayangankitakedepantentangJurkhat. Terkumpullah 16 cabang kata dan 12
anakcabang kata.Jurkhatitu…
Harapan, baksos, terminal belajar, komunitas (anggota), jurnalistik
(tulisan), travelling (hobi), sport (kesehatan, climbing, caving), rumah, sekolah, materi (pembelajaran,
fotografi), guide, wadah (apresiasi,
jatidiri, kebersamaan, tawacanda), sharing
experience, media interaktif, mimpi, explore.
Posted By : Prita HW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar