Mungkin belum banyak traveller mengetahui obyek wisata alam
yang satu ini. Adalah Goa Gudawang yang berlokasi di Desa Argapura Cigudeg, Kabupaten
Bogor. Selain akan membawa para traveler
menyusuri keindahannya, Goa Gudawang juga menyajikan pesona aliran air di bawah
tanah. Entah kenapa diberikan nama Goa Gudawang tapi yang pasti dilokasi ini
terdapat 3 goa lainnya yakni Goa Simenteng, Goa Sipahang dan Goa Simasigit. Goa
Gudawang hanya mejadi nama sebuah tempat sebagai pemersatu ketiga goa yang ada
di lokasi tersebut. Ahh.. dari pada ribet marilah kita simak penelusurannya.
Sebuah libur akhir pekan membawa kami untuk berkunjung
kesebuah lokasi wisata di wilayah Bogor. Keberadaan Goa Gudawang dengan pesona
aliran air bawah tanahnya begitu menarik minat untuk menelusurinya. Dengan
menaiki sepeda motor dari Citeureup sampailah diri ini ke Goa Gudawang.
Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam berikut kemacetannya.
Mendekati lokasi goa, kita akan melewati hamparan perkebunan
sawit yang menghijau dengan jalurnya yang mulus beraspal. Perjalanan terasa
semakin menyenangkan dengan pemadangan yang cukup memanjakan mata. Sebuah plang
penunjuk arah ke lokasi goa terpampang jelas ditepian jalan megarahkan para
wisatawan untuk mengikutinya.
Pemandangan nan hijau begitu menyejukkan mata |
Suasana cukup ramai saat tiba dipintu gerbang Goa Gudawang.
Seperti yang diceritakan diawal, dilokasi ini terdapat 3 goa lainnya . Goa
Simenteng adalah goa yang paling dekat dari pintu masuk kawasan Goa Gudawang
ini. Dari mulut Goa sudah terdengar suara gemericik air yang seolah mengundang
kita untuk masuk, bersyukur sudah terdapat anak tangga untuk memasuki Goa
Simenteng yang cukup curam ke bawah dan sudah dilengkapi pula dengan instalasi
listrik. Meski begitu tetaplah membuat adrenalin sedikit meningkat ketika
kaki-kaki ini mulai memasuki mulut goanya.
Suasana di depan Gerbang Goa Gudawang |
Setelah menuruni tangga dengan kecuraman sekitar 70 derajat,
mata kita akan dimanjakan dengan indahnya stalaktit yg menggantung
dilangit-langit goa. Hal itu tentunya membuat hati semakin penasaran untuk
terus menyusuri goa berliku sepanjang lebih kurang 250 meter ini.
Stalaktit dan Stalagmit menyambut para pengunjung |
Lorong panjang dan berliku mengarah ke dasar goa |
Mendekati dasar goa suara gemericik air semakin menguat. Dasar
goanya berpasir dialiri air sungai yang bersumber dari Bukit Rengganis. Banyak
bebatuan yang menyembul bisa menjadi pijakan untuk melangkah, meski begitu siap-siap
berbasah ria yaa adventurer, karena kedalaman air bisa mencapai paha orang
dewasa tapi hal itu justeru menjadi daya tariknya.
Warna warni bebatuan yang alami, stalaktit dan stalakmit yang
cantik menghiasi sepanjang Goa, aliran air yang tenang dan terkadang
deras juga cukup memacu adrenalin. Di
dalam Goa ini juga terdapat kolam bertingkat-tingkat yang terbentuk akibat
pengendapan kulsit di stalakmit yang disebut juga gourdam. Sayangnya masih saja
ada tangan-tangan jahil yang membuat coretan-coretan di dinding goa merusak
keindahan dan kelestariannya.
Berjalan diatas aliran air bawah Tanah |
Makin ke dalam tingginya aliran air mencapai paha orang dewasa |
Harus membawa penerangan yang cukup apabila ingin melihat keindahannya |
Meski memiliki sejumlah lorong-lorong panjang namun
kesemuanya itu tidak menyatukan pertemuan diantaranya..cieeehhhh… alias mentok
.. Sebenarnya dari goa ini bisa tembus ke Goa Sipahang yang berjarak lebih
kurang 500 meter namun karena jalurnya terlalu sempit ungtuk ukuran anak-anak
jadi penelusuran ke Goa Sipahang harus berhenti di mulut lorong berukuran
kurang dari satu meter itu.
Air yang dingin dan segar mengucur langsung dari langit-langit goa |
Puas berkeliling dan berbasah ria di Goa Simenteng penelusuran dilanjutkan ke Goa Masigit.Tak jauh dari Goa Simenteng terlihat ada mulut goa yang
dibentuk menyerupai kepala Harimau. Itulah Goa Simasigit. Goa ini memiliki
jalur terpendek di area ini, hanya memiliki kedalaman sepanjang 40 meter saja.
Dari mulut goa sudah tercium bau yang amat menyengat. Bau kotoran kelelawar, ya
sudah terbayang pasti terdapat ribuan kelelawar di dalam sana. Enggan rasanya
untuk terus masuk menyusuri goa yang satu ini, selain bau yang tak enak, udara
yang pengap, mulut goa pun begitu sempit dan gelap.
Hal menarik yang bisa kita lihat jelas di Goa Masigit ini
adalah tentang bagaimana tetesan air selama ribuan tahun mampu melubangi batu
cadas yang super keras sehingga membentuk garis-garis indah dipermukaannya.
Tetesan air ratusan tahun mengukir permukaan batu cadas |
Tidak lama di dalam Goa Masigit karena memang tidak memiliki kedalaman seperti di Goa Simenteng.
Selanjutnya kami meneruskan penelusuran menuju goa terakhir yang
akan dikunjungi yakni Goa Sipahang. Guna mencapainya kami harus melewati jalan
setapak menanjak dan menurun sejauh 500 meter. Pesona pegunungan dan pepohonan
rindang menjadi pemandangan indah menuju mulut Goa Sipahang.
Tracking sedikit cukup bikin badan terasa makin segar |
Pesona pegunungan menjadi pemandangan indah menuju Goa Sipahang |
Mendekati mulut goa jalur yang dilalui kian menurun curam
namun tidak perlu khawatir karena pihak pengelola sudah memasang pagar besi sebagai pegangan bagi para wisatawan
sehingga tidak perlu khawatir akan tergelincir.
Pagar pembatas bisa jadi pegangan |
Sesampainya diujung jalur kami melihat ada dua mulut goa,
kiri dan kanan. Namun sayang sekali. Hanya satu mulut goa yang bisa kami masuki
sedangkan mulut goa yang lainnya terkunci rapat oleh pintu besi setinggi 2
meter.
Dilarang masuk ! |
Penelusuran kami fokuskan kedalam mulut goa yang terbuka yaitu mulut goa
sisi kiri. Seperti dibeberapa gua sebelumnya, Goa Sipahang ini juga dilintasi
aliran air bawah tanah, kedalamannya hampir mencapai pinggang orang dewasa.
Tidak disarankan memasuki goa ini dikala musim hujan karena sudah dapat
dipastikan debit airnya akan kian meningkat dan bisa membahayakan keselamatan.
Kiranya perlu perlengkapan lebih safety untuk menelusurinya lebih kedalam.
Mencapai area Goa Gudawang ini kita bisa menggunakan moda
angkutan Bis Umum dan Angkutan Kota (Angkot) jurusan Bogor-Jasinga. Setelah
melewati perkebunan sawit kita berhenti di pertigaan Bunar lalu melanjutkan
dengan Angkot ke arah Parung Panjang. Alternatif lainnya adalah dengan menyewa
jasa Ojeg Motor tarifnya sekitar Rp. 15 ribu dari Pertigaan Bunar.
Setiap pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp.
7500/ 1 kali kunjungan. Apabila memerlukan jasa guide yang akan mengantarkan
dan menjelaskan berbagai hal terkait Goa Gudawang boleh membayar serelanya.
Tidak ada tariff resmi yang dikenakan.
Selamat berpetualang!
Teks: Nita
Foto: Nita & Firm Hanggoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar